Jakarta, IDM – Filipina mengungkapkan rencana untuk membeli sistem peluncur rudal Typhon dari Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu, sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan kepentingan maritim.
Pada Jumat (24/1), juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (Armed Forces of the Philippines/AFP) mengungkapkan bahwa kehadiran sistem Typhon (AS) di Filipina merupakan wujud dari hubungan pertahanan kedua negara yang telah lama terjalin sekaligus meningkatkan kesiapan militer serta interoperabilitas.
Baca Juga: Konflik Hamas-Israel Sebabkan Gaza Dilanda Krisis dan Kehancuran
“Tujuan utama dari pengerahan ini adalah untuk memperkuat kesiapan militer Filipina, meningkatkan pengenalan dan interoperabilitas kita dengan sistem persenjataan canggih, dan mendukung keamanan regional,” kata juru bicara AFP Kolonel Francel Margareth Padilla melansir Pna.gov.ph.
Rencana akuisisi sistem Mid-Range Capability (MRC) itu mengusik Cina, yang menganggapnya sebagai senjata ofensif dan memicu ketegangan serta perlombaan senjata di kawasan.
Baca Juga: Ini Aliansi NATO, yang Diminta Trump Tambah Anggaran Hingga 5 Persen
“Kawasan ini membutuhkan perdamaian dan kemakmuran, bukan rudal jarak menengah dan konfrontasi. Kami sekali lagi mendesak Filipina untuk menghadapi suara-suara negara dan rakyat kawasan, memperbaiki praktik-praktiknya yang salah sesegera mungkin, menarik sistem rudal jarak menengah ‘Typhon’ sesegera mungkin sesuai dengan komitmen publiknya sebelumnya, dan tidak melangkah semakin jauh ke jalan yang salah,” kata juru bicara Kementrian Luar Negeri Cina Mao Ning pada akhir tahun lalu melansir Fmprc.gov.cn.
Kecaman itu muncul karena sistem Typhon dapat meluncurkan rudal jelajah Tomahawk yang mampu menjangkau Cina dari Filipina. Melansir Reuters, selain dilengkapi rudal Tomahawk, rudal SM-6 yang dikerahkan AS untuk sistem itu juga dapat menyerang target udara maupun laut yang berjarak lebih dari 200 km. (bp)