Jakarta, IDM โย Pemimpin Hizbullah Naim Qassem mengakui jatuhnya rezim Bashar al-Assad telah mempengaruhi kelompoknya. Ia mengungkapkan, Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah kehilangan rute pasokan militer melalui Suriah.
Selama pemerintahan Bashar al-Assad, Hizbullah memanfaatkan rute melewati Suriah untuk mentransfer senjata maupun peralatan militer lainnya dari Iran ke Lebanon. Namun, sejak jatuhnya rezim Assad pada 6 Desember lalu, kelompok anti-Assad di Suriah memblokir perbatasan.
Baca Juga:ย Israel Kembali Lakukan Serangan Udara dan Darat di Gaza, Puluhan Orang Tewas
“Ya, Hizbullah telah kehilangan rute pasokan militer melalui Suriah pada tahap ini, tetapi kehilangan ini merupakan detail dalam upaya perlawanan,” kata Qassem dalam pidato pertamanya sejak penggulingan Assad, melansir Reuters, Senin (16/12).
“Rezim baru dapat muncul dan rute ini dapat kembali normal, dan kita dapat mencari cara lain,” sambungnya.
Hizbullah mulai terlibat konflik di Suriah pada tahun 2013 dengan membantu Assad memerangi pemberontak yang berusaha menggulingkannya saat itu. Setelah lebih dari 50 tahun keluarga Assad berkuasa, kini telah digantikan dengan pemerintahan sementara yang dibentuk oleh Hayat Tahrir al-Sham, yang mempelopori pemberontakan terhadap rezim Assad.
Baca Juga:ย Irlandia Dukung Negara Palestina, Israel Tutup Kedubes Dublin
Lebih lanjut, Qassem menyebut Hizbullah “tidak dapat menghakimi pasukan baru ini sampai mereka stabil” dan “mengambil posisi yang jelas”. Ia berharap rakyat maupun pemerintah Lebanon dan Suriah dapat terus bekerja sama.
“Kami juga berharap partai penguasa baru ini akan menganggap Israel sebagai musuh dan tidak menormalisasi hubungan dengannya. Ini adalah berita utama yang akan memengaruhi sifat hubungan antara kami dan Suriah,” ujar Qassem. (bp)