Jakarta, IDM – Tim ekspedisi maritim TNI AL menemukan bukti kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim, pada temuan sembilan relief kapal dalam dinding sekitar Candi Borobudur, Jawa Tengah.
Berdasarkan relief tersebut, pada 2003 dibangun kapal Samuderaraksa, replika kapal tradisional asli bangsa Indonesia abad ke-9 dengan kecanggihan teknologi yang belum dikenal oleh bangsa Eropa. Kapal itu diduga menempuh rute yang dilewati nenek moyang bangsa Indonesia untuk berdagang kayu manis hingga ke Afrika, dikenal sebagai rute Kayumanis (The Cinnamon Route).
Perjalanan Kapal Samuderaraksa, saat itu dipimpin Kapten Laut (P) I Gusti Putu Ngurah Sedana (kini Kolonel) dan menjadi pelayaran “Napak Tilas” jalur rempah yang memulai pelayaran bersejarah menyeberangi samudra Hindia menuju Accra, ibu kota Ghana, di pesisir barat Afrika.
Terdapat 27 anak buah kapal (abk) yang mengikuti pelayaran Samuderaraksa, terdiri dari pimpinan ekspedisi Phillip Bill (mantan Marinir Inggris), nahkoda kapal Kapten Laut (P) IGPN Sedana, tiga orang pelaut tradisional (suku Bajo), enam pelaut milenial, dan 16 pelaut asing (Inggris, Afrika Selatan, Kanada, Swedia, Selandia Baru, USA, Australia).
“Sebelulmya, kapal berangkat 15 Agustus 2003 tiba di Ghana pada 23 Februari 2004. Menempuh waktu pelayaran kurang lebih tujuh bulan dan jarak tempuh 11.000 mil laut sama dengan 20.372 kilometer,” ungkap Sedana, dikutip dari keterangan Dispenal, Kamis (6/10).
Selama pelayaran, lanjut Sedana, para abk menentukan posisi dengan ilmu astronomi navigasi bintang untuk menentukan posisi yang dilaporkan setiap hari ke Puskodal TNI AL dan Kementrian Pariwisata, perawatan bangunan kapal, layar hingga mesin yang selalu terendam air laut saat ombak besar.
“Juga saling belajar dengan para pelaut menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Pelaut asing mengajarkan bahasa Inggris serta melakukan ibadah sesuai agama masing-masing, dan menyiapkan atraksi saat mendarat,” ungkap Sedana. (at)