Jakarta, IDM โ Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI AL membahas bidang survei hidro-oseanografi yang termasuk dalam program prioritas nasional untuk 5 tahun ke depan.
Hal tersebut dibicarakan dalam pertemuan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Mayjen Tri Budi Utomo saat menerima kunjungan Komandan Pusat Hidro-oseanografi (Danpushidrosal) Lasksamana Madya Budi Purwanto, Jakarta, Jumat (22/11).
“Sekjen Kemhan dan Dapushidrosal membahas program prioritas nasional terkait bidang survei hidro oseanografi untuk kepentingan pertahanan dan nasional,” tulis keterangan Kemhan, dikutip di Jakarta, Senin (25/11).
Baca Juga: Satgas Kizi 37-J Minusca, Ada yang Pulang dan Kembali ke Daerah Konflik Afrika
Pertemuan keduanya juga membahas bidang survei hidro-oseanografi sebagai program prioritas nasional untuk menyelaraskan dengan penjabaran visi dan misi Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Cita.
Adapun bidang hidro-oseanografi merupakan program prioritas nasional yang terdapat pada naskah rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
“Secara garis besar Bappenas mendukung kegiatan Pushidrosal dalam survei dan pemetaan hidro-seanografi,” ungkap keterangan Kemhan.
Baca Juga: Kemhan Komitmen Perkuat Pertahanan di Wilayah Strategis Pulau Morotai
Pada Juni lalu, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkapkan, sebanyak 19% peta bawah laut Indonesia mengacu pada peta-peta pembaharuan atau hasil koreksi peta peninggalan Hindia Belanda.
Menurutnya, anggaran riset Pushidrosal masih kecil. Padahal, di negara-negara maju anggaran riset jumlahnya besar.
“Anggaran Pushidrosal masih di bawah Angkatan Laut untuk kepentingan militer. Adapun kepentingan sipilnya belum ada dukungan dari Bappenas,โ” ungkapnya di Jakarta, Selasa (25/6) lalu.
Baca Juga: Kapuskersin Tekankan Peran Penting Diplomasi Militer
Saat itu, Ali menyebutkan rencana koordinasi dengan Bappenas dengan harapan ada penambahan anggaran untuk Pushidrosal dalam mendukung survei dan riset terkait keselamatan navigasi.
Saat ini, kata Ali, sebanyak 19% peta bawah laut Indonesia merujuk pada peta-peta hasil pembaruan dari peta lama peninggalan Hindia Belanda.
“Ada 19% itu dengan peralatan baru. Jadi updating peta kita yang dilakukan dengan peralatan baru milik Pushidrosal,” kata Ali. (at)