Jakarta, IDM – Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte telah menyerukan negara anggota bahwa sudah saatnya untuk beralih ke ‘pola pikir masa perang. Sebab, anggota NATO telah menghabiskan lebih dari 3% PDB untuk pertahanan selama Perang Dingin.
Sejak perang terbuka pecah antara Rusia dan Ukraina hampir tiga tahun lalu, NATO sepakat anggaran pertahanan minimum 2% dari PDB. Meskipun NATO memenuhi target itu secara kolektif, sekitar sepertiga anggotanya belum mencapai target secara individu.
Baca Juga: Israel Tegaskan UNRWA Harus Berhenti Beroperasi pada 30 Januari
Sekitar 23 negara telah memenuhi target pada tahun lalu dan jumlah ini sudah sangat jauh meningkat dibandingkan tahun 2014, yang hanya tiga negara memenuhinya.
Kendati demikian, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta negara-negara anggota NATO untuk menghabiskan minimal 5% dari PDB untuk pertahanan. Hal itu ia ungkapkan saat Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss pada beberapa waktu lalu. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat target NATO saat ini sebesar 2%.
Baca Juga: Akibat Konflik, Satu Juta Anak di Gaza Butuh Dukungan Kesehatan Mental
Adapun, NATO dibentuk pada 4 April 1949 dengan 12 anggota, sebagai tanggapan atas kekhawatiran atas ancaman Uni Soviet terhadap kebebasan demokrasi Eropa. Aliansi ini memegang konsep pertahanan kolektif, yaitu gagasan bahwa serangan terhadap satu negara anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua negara.
Seiring berkembangnya dinamika pertahanan, NATO dianggap mampu menjamin perdamaian, demokrasi dan kemakmuran bagi para anggotanya. Sehingga, anggotanya bertambah hingga kini berjumlah 32 negara. Finlandia dan Swedia menjadi merupakan anggota terbaru, yang memutuskan bergabung usai pecahnya konflik antara Rusia dan Ukraina. (bp)