Jakarta, IDM – Pesawat tempur Israel menggencarkan serangan terhadap infrastruktur militer Hizbullah di Lebanon pada Kamis (19/9) malam waktu setempat, di tengah seruan negara-negara Barat untuk menahan diri.
Dalam operasi tersebut, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan bahwa Angkatan Udara Israel (Israel Air Force/IAF) berhasil menghancurkan puluhan sistem peluncur roket ganda, yang diyakini akan digunakan Hizbullah untuk menyerang Israel.
“Atas arahan intelijen IDF, IAF menyerang sekitar 30 peluncur Hizbullah dan lokasi infrastruktur teroris, yang berisi sekitar 150 laras peluncur yang siap menembakkan proyektil ke wilayah Israel,” tulis IDF melalui platform X, resminya.
Baca Juga: Rusia Peringatkan Serangan di Lebanon Berpotensi Memperluas Konflik Kawasan
“Selain itu, IDF menyerang infrastruktur teroris Hizbullah dan fasilitas penyimpanan senjata di beberapa wilayah di Lebanon selatan,” tambahnya.
Serangan itu terjadi usai ledakan alat komunikasi pager milik anggota Hizbullah di Lebanon, yang menewaskan 37 orang dan melukai sekitar 3.000 lainnya. Dalam pidato melalui televisi nasional Lebanon, pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah mengecam serangan itu yang diyakini ulah Israel dan menyebutnya sebagai kejahatan perang.
Sementara, Israel belum menanggapi atau menolak tuduhan serangan pager tersebut. Namun, IDF bertekad untuk terus melemahkan Hizbullah.
Baca Juga: Korut Klaim Berhasil Uji Coba Rudal Berhulu Ledak 4,5 Ton
“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) akan terus beroperasi untuk melemahkan infrastruktur dan kemampuan organisasi teroris Hizbullah guna mempertahankan Negara Israel,” kata IDF.
Berbagai seruan pada Hizbullah dan Israel untuk menahan diri pun muncul, antara lain dari Inggris dan Amerika Serikat. Sedangkan, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan insiden itu dapat memperburuk konflik di Timur Tengah.
“Apa pun yang terjadi, apa pun itu, tentu saja mengarah pada peningkatan ketegangan. Kawasan (Timur Tengah) sendiri berada dalam kondisi yang sangat eksplosif, dan tentu saja insiden seperti ini, masing-masing dari mereka, berpotensi menjadi pemicu situasi yang semakin tidak terkendali,” katanya melansir Reuters. (bp)