Jakarta, IDM โย Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) meluncurkan aplikasi HidroSDB35 untuk pemetaan batimetri atau kedalaman laut yang diperoleh dari citra satelit (SDB). Aplikasi yang diluncurkan di Jakarta pada Selasa (10/9) kemarin itu dikembangkan oleh personel pushidrosal bersama dengan para tenaga ahli dalam negeri.
“Diberi nama 35 karena dibangun dan divalidasi di tiga perairan yang memiliki karakteristik berbeda, mewakili perairan Indonesia barat, tengah, dan timur. (Dibuat) Selama kurun waktu 5 bulan,” ungkap Komandan Pushidrosal Laksamana Madya Budi Purwanto, dikutip dari keterangan Dispen Pushidrosal, Rabu (11/9).
Dia menjelaskan, aplikasi ini untuk menyajikan data lingkungan atau pemetaan secara instan yang dibutuhkan dalam operasi khusus dan kedaruratan, seperti pendaratan amfibi, bantuan kebencanaan, evakuasi daerah terisolir hingg keselamatan pelayaran.
Baca Juga:ย Pangkostrad Tutup Latma Safkar Indopura ke-36
“Data yang di butuhkan didapat dari data citra satelit, foto udara, video udara dari pesawat udara berawak maupun tanpa awak yang kemudian dikonversi menjadi peta batimetri,” jelas Budi.
Fitur utama pada aplikasi HidrosSDB35 berupa pengunduhan data otomatis, koreksi citra satelit, dan prediksi kedalaman berdasarkan penggambaran optik yang secara signifikan meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam pengolahan data batimetri.
“HidroSDB35 bisa memproses semua citra satelit, baik komersial maupun non-komersial dengan ketelitian 1-2 meter,” lanjutnya.
Baca Juga: Wakil KSAD Pimpin Upacara Penetapan 500 Komponen Cadangan
Software ini dikembangkan dengan metode deep learning dengan algoritma yang dikembangkan dan akan selalu diperbaharui untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi survei dan pemetaan.
“HidroSDB35 akan tersedia secara komersial untuk pemetaan pantai dan pesisir, identifikasi terumbu karang, padang lamun, dan bahaya navigasi. Diharapkan aplikasi ini mampu mendukung berbagai macam aktivitas operasi hidrografi, di antaranya operasi militer, keselamatan pelayaran, dan penelitian ilmiah,” kata Budi. (at)