Jakarta, IDM – Mohammed al-Bashir ditunjuk sebagai Perdana Menteri Suriah untuk sementara usai jatuhnya Presiden Bashar al-Assad, yang menguasai negara itu selama 24 tahun.
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (11/12), Bashir ditugaskan untuk memerintah hingga Maret 2025 oleh kelompok Hayat Tahir al-Sham (HTS) dan sekutunya, yang berhasil menggulingkan rezim Assad.
Baca Juga: Rusia Sebut Hampir Capai Tujuan Strategis dalam Konflik Ukraina
Ia memimpin pertemuan di Damaskus yang dihadiri oleh anggota pemerintahan barunya dan beberapa anggota kabinet Assad untuk membahas peralihan konstitusi.
“Kini saatnya bagi rakyat ini untuk menikmati stabilitas dan ketenangan. Kami mengundang anggota dari pemerintahan lama dan beberapa direktur dari pemerintahan di Idlib dan daerah sekitarnya untuk memfasilitasi semua pekerjaan yang diperlukan selama dua bulan ke depan hingga kita memiliki sistem konstitusional untuk dapat melayani rakyat Suriah,” kata Bashir beberapa jam setelah dilantik.
Ia merupakan sosok yang berpengaruh dan memimpin Salvation Government, sebuah kelompok yang menguasai sebagian wilayah barat laut Suriah dan Idlib, serta berafiliasi dengan HTS.
Sebelumnya, pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani telah mengumumkan rencana peralihan kekuasaan dan berjanji untuk menuntut keadilan atas kejahatan selama rezim Assad. Ia pun mengatakan bahwa Suriah “kelelahan” karena perang dan tidak akan kembali berperang.
Baca Juga: Netanyahu Sebut Jatuhnya Rezim Assad Dapat Membuka Peluang Pertukaran Sandera di Gaza
“Suriah akan dibangun kembali… Negara ini bergerak menuju pembangunan dan rekonstruksi. Negara ini menuju stabilitas,” katanya.
“Orang-orang kelelahan karena perang. Jadi, negara ini tidak siap untuk perang lagi, dan tidak akan terlibat lagi,” sambungnya. (bp)