Jakarta, IDM – Selama beberapa dekade, Finlandia mempertahankan kebijakan non-blok, menolak untuk bergabung dengan aliansi militer manapun. Namun, dengan meningkatnya kekhawatiran atas perilaku agresif Rusia setelah invasi ke Ukraina, negara Nordik itu mengajukan aksesi ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan secara resmi bergabung dengan aliansi tersebut pada 4 April 2023.
Integrasi Finlandia ke NATO dapat memberikan implikasi yang cukup signifikan terhadap kekuatan militer khususnya di wilayah Laut Baltik dan Eropa Utara. Melalui prinsip pertahanan kolektif, setiap anggota aliansi wajib membantu negara anggota mana pun yang terkena serangan bersenjata.
Baca Juga: Pensiunkan Armada Tua, AS akan Beli 72 Pesawat Tempur
Dilansir dari Reuters, Sabtu (8/4), Finlandia melatih sekitar 21.000 warganya dalam wajib militer setiap tahun. Sehingga, sekitar 870.000 orang Finlandia berusia antara 17 dan 60 tahun memiliki tanggung jawab untuk menerima tugas militer jika diperlukan.
Angkatan Darat Finlandia memiliki sekitar 650 tank dan 200 di antaranya adalah Leopard buatan Jerman tipe 2A6 dan 2A4. Selain itu, Filandia juga dijuluki ‘artileri terkuat Eropa Barat’ karena memiliki kurang lebih 1.500 senjata yang terdiri dari 700 howitzer dan meriam, 700 mortir dan sekitar 100 peluncur rudal.
Baca Juga: Jatuh ke Laut, Puing Helikopter Black Hawk UH-60JA Jepang ditemukan
Lebih lanjut, kekuatan Angkatan Udara saat ini dilengkapi armada 61 jet tempur McDonnell Douglas F/A-18 Hornet, yang akan digantikan oleh 64 jet Lockheed Martin F-35A Lightning II mulai tahun 2026. Selain jet tempur, Finlandia memiliki teknologi radar pengintai dengan jangkauan hampir 500 km.
Sementara itu, Angkatan Laut Finlandia memiliki empat kapal komando, lima kapal anti ranjau, delapan kapal rudal dan 13 kapal penyapu ranjau. Mereka pun telah mengakuisisi tiga korvet multi-peran baru yang saat ini sedang dibangun di Finlandia dan akan beroperasi enam tahun kemudian. (bp)
