Jakarta, IDM – Pengamat militer Tasha Imansyah menyoroti konflik yang terjadi di Suriah usai kelompok antirezim berhasil menguasai ibu kota Damaskus pada 8 Desember. Hal ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya rezim Bashar al-Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun.
Menurutnya pemerintah Indonesia harus segera melakukan komunikasi dengan perwakilan pemerintah baru Suriah untuk memastikan keamanan serta keselamatan warga negara Indonesia (WNI) dan juga mengamankan jalur evakuasi warga Indonesia di Damaskus.
“Pemerintah Indonesia juga harus segera menyiagakan aset-aset pesawat angkut jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mengevakuasi WNI dari Suriah,” kata Tasha saat dihubungi di Jakarta, Senin (9/12).
Baca Juga: Persiapan TNI AL untuk Latihan Operasi Laut Gabungan II
Dengan berhasilnya kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammad al-Jolani mengambil alih Damaskus, Tasha mengimbau agar Indonesia tetap perlu berhati-hati dengan kelompok-kelompok yang selama ini menjadi simpatisan gerakan pemberontak Suriah di Indonesia.
“Euforia keberhasilan ini pasti akan digunakan sebagai propaganda dalam pergerakan mereka di tanah air,” ujar Tasha.
Peran Penting Pihak Asing
Dalam kurun beberapa tahun terakhir, Russia memiliki peran besar dalam membantu Assad, terutama dalam mengalahkan pemberontak. Kemenangan terbesar yang dibantu Rusia adalah mengambil alih Aleppo pada Desember 2016. Rusia yang diketahui mendukung rezim Assad memiliki pangkalat laut dan udara di Suriah.
Saat ini, Tasha mengatakan jika beberapa alutsista dan personilnya sudah berjaga-jaga di wilayah Suriah.
Baca Juga: Lanud Iswahjudi Gelar Uji Coba Makan Bergizi Gratis
“Yang jelas kurang lebih ada 4 kasel Kilo, penjelajah Slava-class, Kirov-class, bomber Tu-22M ada 14, bomber Tu-95 dan Tu-160 juga ada. Belum fighter (pesawat tempur) seperti Su-27/30/35,” jelas Tasha.
“Pasukan tempur kurang lebih 6000 personel,” lanjutnya.
Di sisi lain, kemenangan kelompok antirezim perlu diperhatikan dengan kemungkinan terjadinya pergerakan politik di Iran setelah Iran kehilangan sekutu-sekutunya di Jazirah Arab. Iran yang juga dikenal mendukung pemerintahan Assad diketahui mengirimkan senjata ke milisi Hezbollah di Lebanon melalui Suriah dan diperkirakan mengirimkan miliaran dolar untuk mendukung pasukan Assad. (nhn)