Jakarta, IDM – Kapal perang milik Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM), yakni KD Mahamiru-11 mengevakuasi 4 nelayan Warga Negara Indonesia (WNI) di perairan dekat Pulau Jalak, Selat Malaka, Rabu (20/11).
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Koarmada I Kolonel Laut (P) Yoni Nova Kusumawan, mengungkapkan kapal dibawa oleh keempat nelayan asal Tanjung Balai, Sumatra Utara tersebut tenggelam akibat ditabrak kapal tanker, pada Minggu (17/11) lalu.
“Mereka berhasil dievakuasi dalam operasi patroli terkoordinasi (Patkor) Malaysia-Indonesia (Malindo) 166/24, ditemukan oleh kapal pemancing Malaysia, pada 20 November di perairan dekat Pulau Jarak dengan kondisi bertahan di atas pelampung,” ungkap Yoni dalam keterangannya, dikutip di Jakarta, Kamis (21/11).
Baca Juga: TNI AL dan BRIN Kembangkan Riset Sistem Rudal Exocet MM38
Keempat korban, yaitu Sukarman (59), Wawan Sanjaya (27), Saupi bin Burhanuddin (46), dan Ahmad Jais (32), diserahkan ke pos Angkatan Laut Malaysia untuk perawatan awal. Sedangkan dua korban lainnya, Bakri (40) dan Iskandar (39), masih dinyatakan hilang.
Evakuasi korban ke pihak TNI AL dilakukan oleh KD Mahamiru-11 yang sedang bertugas operasi Patkor Malindo. Setelah koordinasi antara kedua angkatan laut, KRI Torani-860 bertolak ke titik pertemuan (RV).

“Meskipun sempat terkendala cuaca buruk, evakuasi akhirnya sukses dilaksanakan pada 20 November. Korban dibawa ke KRI Torani-860 untuk wawancara dan pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Yoni.
Dikutip dari keterangan Dispen Koarmada I, para korban menjelaskan kapal mereka tenggelam pascabertabrakan dengan tanker saat melaut. 6 awak kapal terpaksa melompat ke laut dan bertahan dengan pelampung selama empat hari.
Kemudian, dari 6 awak kapal tersebut hanya 4 orang yang berhasil mencapai Pulau Jarak dan diamankan pihak TLDM dan mereka bertahan hidup dengan menggunakan tutup fiber ikan dalam kondisi luka-luka serta dehidrasi.
Baca Juga: Tinjau Wargaming Latihan Angkasa Yudha 2024, KSAU Apresiasi Keseriusan dan Dedikasi Peserta
“Kami memastikan korban (nelayan tenggelam) selamat mendapatkan bantuan medis dan melanjutkan patroli untuk mencegah insiden serupa di wilayah tersebut,” ujar Komandan KRI Torani-860 Mayor Laut (P) Daniel Andri W.
Terpisah, Komanda Gugus Keamanan Laut (Guskamla) Koarmada I Laksamana Pertama Anung Sutanto, menyampaikan pelaksanaan evakuasi medis nelayan WNI yang mengalami kecelakaan laut menunjukkan komunikasi dan diplomasi yang terjalin baik antara TNI AL dan TLDM.

“Selain menjamin keamanan di perairan perbatasan kedua negara, Patkor Malindo juga aktif dalam kegiatan kemanusiaan,” kata Anung, dikutip dari keterangan Dispen Guskamla Koarmada I.
“Selain bertugas menjaga keamanan laut Selat Malaka, Patkor Malindo juga membawa manfaat bagi para pengguna transportasi laut di perbatasan Indonesia dan Malaysia yang mengalami emergensi di laut,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama I.M Wira Hady, mengatakan sebanyak 4 kapal perang dari TNI AL dan TLDM dilibatkan dalam patroli Patkor Malindo dengan sandi operasi 166/24, di wilayah Selat Malaka, pada 16-30 November.
“TNI AL mengerahkan 2 kapal patroli cepat 40 meter dari Lantamal I dan Lantamal IV, yakni KRI Torani-860 dan KRI Bubara-868. Sedangkan TLDM juga mengerahkan 2 unsur kapal perangnya, yaitu KD Laksamana Muhammad Amin-136 dan KD Mahamiru-11,” kata Wira dalam keterangannya, Senin (18/11) lalu.
Adapun aktivitas di Selat Malaka merupakan salah satu yang tersibuk di dunia sebagai Sea Line of Communication (SLOC) dan Sea Line of Trade (SLOT) sehingga berbagai kepentingan nasional maupun internasional terjadi di wilayah tersebut. Isu mengenai keamanan maritim menjadi tanggung jawab negara pantai.
Oleh karena itu, kehadiran TNI AL dan TLDM sangat signifikan dalam melawan illegal activities sebagai wujud sense of security di kawasan ini. (at)