Selasa, 19 Maret 2024

Mengenal Pesawat Hercules C130, yang Akan Dimodernisasi oleh PT DI

BACA JUGA

Jakarta, IDM – PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan Kementerian Pertahanan menyepakati kontrak kerjasama modernisasi 12 unit Pesawat Hercules C130. Adapun komitmen pendanaan mencapai USD149 juta atau setara Rp2,1 triliun.

Direktur Utama Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan mengatakan kesepakatan kerja sama ini setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Holding BUMN Pertahanan atau Defend ID.

Holding BUMN Pertahanan dipimpin oleh PT Len Industri (Persero). Sementara anggota holding terdiri atas PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Pindad (Persero), dan PT Dahana (Persero).

” Direktur Utama Dirgantara Indonesia Gita Amperiawan dan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto sepakati kontrak pekerjaan modernisasi 12 unit Pesawat Hercules C130 dengan nilai kontrak sebesar USD149 juta ,” ujar Gita dikutip pada Kamis (21/4/2022).

Pesawat Hercules C-130 merupakan andalan transportasi udara TNI, terutama sebagai alat angkut pasukan dan logistik. Pesawat Hercules C-130 kali pertama menjadi bagian dari alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI pada 18 Maret 1960.

Dipilihnya pesawat kargo tersebut sebagai bagian dari alutsista TNI bermula dari lawatan Presiden Soekarno ke Amerika Serikat (AS). Ketika itu Presiden AS yang merupakan sahabat dekat Soekarno, yakni John F Kennedy. Di tahun 1959, Soekarno berkunjung ke AS atas undangan Kennedy untuk melepas Allan Pope, pilot CIA yang berstatus sipil yang ditembak jatuh dan ditangkap PRRI/Permesta pada 1958.

Kennedy lantas berterima kasih atas kesediaan Soekarno yang mewakili Indonesia untuk melepas Pope, pilot CIA berstatus sipil yang memperkuat AUREV-Permesta, yang ditembak jatuh Kapten Udara Penerbang Dewanto dalam pertempuran udara. Kennedy menawarkan “pengganti” Pope kepada Soekarno.

Berdasarkan “keperluan” dari Panglima AU, Laksamana Madya Udara Suryadarma, AURI (TNI AU saat itu) memerlukan pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou.

Pilihan kemudian jatuh kepada Hercules C-130B. Saat itu Soekarno datang ke pabrik Lockheed (sekarang Lockheed Martin), produsen Hercules C-130. Akhirnya, 10 unit C-130B bisa diterbangkan dengan proses penerbangan feri (ferry flight) dari AS ke Tanah Air. Diterbangkan dari AS ke Indonesia oleh pilot TNI AU Yang membanggakan, penerbangan-penerbangan itu dilakukan langsung oleh pilot dan awak AURI.

Saat itu, delapan C-130B kargo dan dua C-130B tanker tiba Pelabuhan Udara Kemayoran, Jakarta, pada 18 Maret 1960. Pendaratan pertama C-130B Hercules ke Tanah Air dilakukan Mayor Udara Penerbang S Tjokroadiredjo, Letnan Muda Udara II A Cargua, Sersan Mayor Udara S Wijono, dan Kapten Udara Navigator The Hing Ho.

Dalam penerbangan tersebut pesawat Hercules C-130B terbang sejauh 13.000 mil laut melintasi tiga samudra dari pabrikan ke negara operatornya.

Itu juga merupakan penerbangan internasional pertama yang 100 persen diawaki personel aktif AURI dan belum pernah terjadi pada militer lain di dunia saat itu. Penerbangan 18 Maret 1960 itu menjadikan Indonesia sebagai operator terbanyak Hercules C-130 di belahan selatan dunia pada kemudian hari. Saat itu, 10 unit C-130B dimasukkan ke dalam Skuadron Udara Angkut Berat AURI, mendampingi Skuadron Udara 2 berintikan C-47 Dakota/Skytrain.

C-130B ketika itu menjadi pesawat multiengine perdana di Tanah Air yang berteknologi turboprop, suatu lompatan teknologi penting dan besar yang ternyata bisa cepat dikuasai putra-putra bangsa.

Adapun hingga kini Pesawat Hercules C-130 masih menjadi andalan bagi TNI dalam urusan kargo dan pengangkutan pasukan. (gin)

BERITA TERBARU

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER