Jumat, 19 April 2024

Menengok Sejarah  TNI AU Melalui Koleksi Muspusdirla

BACA JUGA

Yogyakarta, IDM – Langit Yogyakarta sangat cerah saat Indonesia Defense Magazine mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla), beberapa waktu lalu. Rasa antusias untuk mengulik isi bangunan bersejarah kian menyeruak tatkala melihat deretan pesawat lawas dengan ukuran asli terparkir di halaman museum.

Terletak di lingkungan Pangkalan Udara (Lanud) Adisutjipto, Yogyakarta, akses masuk museum terbilang mudah. Pengunjung bisa masuk dari pintu selatan Lanud di Jalan Raya Janthi atau kerap disebut pintu Janthi. Di gerbang tersebut terdapat pos penjaga yang akan meminta pengunjung menukar kartu identitas dengan kartu akses memasuki area lanud.

Usai memiliki akses masuk lanud, pengunjung mesti menempuh perjalanan kurang lebih satu kilometer untuk mencapai Muspusdirla. Sesampainya di sana, pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp6000 untuk menikmati sejarah yang disuguhkan museum tersebut, mulai dari pukul 08.30 – 15.00 WIB.

Museum
Tampak depan buntut pesawat Dakota VT-CLA disertai foto perwira TNI AU yang gugur dalam bertugas. (Dok. IDM)

Tak hanya satu atau dua, sebanyak 20 pesawat lawas berukuran asli bertengger mewarnai halaman museum. Beberapa burung besi yang berderet di sana di antaranya pesawat tipe Cessna 401, Sky Hawk, dan OV-10 Branco. Pesawat terbaru yang juga terparkir di halaman museum adalah pesawat N250 Gatotkaca yang merupakan pesawat pertama buatan Presiden Ke-3 RI, BJ Habibie.

Kepala Muspurdirla Kolonel Sus Yuto Nugroho mengatakan, museum yang digagas oleh TNI Angkatan Udara tersebut memang berisi benda koleksi sejarah, di mana sebagian besarnya berupa pesawat terbang yang pernah mengabdikan diri untuk NKRI.

Yuto menyebut, khusus untuk koleksi pesawat asli dengan ukuran sebenarnya, terdapat 61 pesawat terbang yang dirawat Muspusdirla. Ia mengungkap, sebagian pesawat tersebut merupakan peninggalan negara yang pernah menjajah Indonesia yang kemudian dipergunakan untuk menjalankan misi operasi. Pesawat yang menua akhirnya diputuskan untuk pensiun dan diabadikan di Muspusdirla.

“21 pesawat berada di depan museum, 40 (pesawat) lagi ada di dalam museum,” kata Yuto.

Tak hanya mengoleksi pesawat, Muspusdirla juga memiliki ribuan koleksi lain yang terdiri dari miniatur pesawat terbang dari berbagai negara, diorama-diorama, foto-foto, lukisan, dan tanda kehormatan. Semua koleksi tampak ditata secara rapi berdasarkan kronologi peristiwa.

Di ruang utama saat memasuki Muspusdirla juga terdapat foto yang disertai cerita sejarah tentang berdirinya TNI AU. Makna di balik lambang TNI AU juga tertera di sana. Selain itu, masih di ruangan yang sama, terdapat susunan foto Kepala Staf TNI AU (KSAU) dari masa ke masa, mulai dari Marsekal TNI (Purn.) Soerjadi Soerjadarma hingga Marsekal TNI (Purn.) Yuyu Sutisna. Dengan paparan informasi tersebut, Yuto pun berharap siapapun yang berkunjung ke Muspusdirla akan memahami upaya panjang TNI AU dalam mempertahankan keutuhan NKRI.

Museum
Buntut pesawat Dakota VT-CLA jadi salah satu koleksi ikonik Muspusdirla Yogyakarta. (Dok. IDM)

Replika Buntut Dakota VT-CLA

Dari semua barang-barang yang ditampilkan di Muspusdirla, ada satu koleksi yang mencuri perhatian mata. Ia adalah replika buntut pesawat Dakota VT-CLA. Dengan kisah heroiknya yang melatari dicetuskannya Hari Bakti TNI AU, buntut pesawat tersebut menarik untuk ditelusuri lebih lanjut.

Mengutip informasi yang tertera di Muspusdirla, peristiwa buruk terjadi pada pesawat Dakota VT-CLA pada 29 Juli 1947. Pesawat tersebut mulanya disewa oleh pemerintah Indonesia untuk membawa obat-obatan sumbangan dari Palang Merah Malaya untuk Palang Merah Indonesia.

 Ketika akan mendarat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta, tiba-tiba pesawat itu diserang oleh dua pesawat Kittyhawk milik Belanda. Pesawat Dakota yang kala itu tak bersenjata, seketika terbakar dan jatuh terbelah dua di sebuah persawahan di Kabupaten Bantul.

Semua awak pesawat gugur dan hanya satu penumpang yang selamat yakni A. Gani Handonotjokro. Korban yang gugur diantaranya Komodor Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh dan Opsir Muda Udara Adisoemarmo. Ketiganya dikenal sebagai perintis TNI AU yang berdiri kokoh hingga saat ini.

Kendati replika, Yuto mengatakan buntut pesawat Dakota VT-CLA yang kini ada di Muspusdirla memiliki sedikit bagian asli dari pesawat yang dulu pernah jatuh. Ia mengatakan, bagian asli terletak di ujung bagian belakang buntut pesawat tersebut. Yuto mengatakan, kendati bagian asli yang dimiliki hanya sedikit sekali, maka diputuskan untuk membuat replika membentuk bagian buntut pesawat tersebut.

Museum
Pengunjung melihat-lihat koleksi pesawat di Muspusdirla Yogyakarta. (Dok. IDM)

Yuto mengatakan meski porsi replika lebih besar, namun pembuatan buntut pesawat tersebut diupayakan semirip mungkin dengan versi aslinya. Menurutnya, informasi bentuk Dakota VT-CLA itu disesuaikan dengan pesawat jenis tersebut yang beroperasi tahun 1947. Informasi lain juga memperkuat bentuk replika tersebut juga didapat dari satu korban selamat dalam tragedi tersebut.

Baca: Pesawat Pemberian Rusia Jadi Awal Lahirnya Skadron Udara 17

“Dakota VT-CLA yang sama dengan yang pernah jatuh dan terbagi dua itu kan tidak hanya satu saja. Jadi menyesuaikan, dan tentu saja atas kesaksian Pak Gani. Maka di sini ada bagian tengah hingga buntutnya untuk mengenang kejadian tersebut,” ujar Yuto.

Yuto mengatakan Muspusdirla merupakan destinasi wisata yang lengkap. Karena selain menyuguhkan kisah masa lampau, museum ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang mumpuni. Taman yang luas dan menenangkan, kantin, jam operasi yang panjang, harga tiket yang terjangkau, hingga akses masuk yang mudah akan membuat pengunjung merasa nyaman menghabiskan banyak waktu di Muspusdirla. (un)

BERITA TERBARU

INFRAME

Panglima TNI Pimpin Serah Terima Jabatan KSAU

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menyerahkan bendera panji Swa Bhuwana Paksa kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang baru Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono. Upacara serah terima jabatan (sertijab) tersebut berlangsung di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (5/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER