Jakarta, IDM – Konflik antara pihak angkatan bersenjata dengan kelompok militan M23 kembali terjadi di Kongo, yang menewaskan sekitar 20 warga sipil pada beberapa waktu lalu.
Dilansir dari Reuters, Jumat (26/1), tewasnya puluhan warga sipil itu merupakan dampak terbaru dari pertempuran antara tentara Kongo dan militan M23, yang serangannya telah menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi sekaligus memperburuk krisis keamanan selama beberapa dekade di kawasan tersebut.
“Serangan hari Kamis terjadi di Kota Mweso di wilayah Masisi, sekitar 80 km (50 mil) dari kota Goma di provinsi Kivu Utara,” kata kedua belah pihak.
Baca Juga:Â Korut Klaim Berhasil Uji Coba Rudal Jelajah Jenis Baru
Namun, keduanya telah saling tuduh terkait siapa yang memulai serangan tersebut. Mereka pun disebut memberikan penjelasan yang berbeda tentang kronologi kejadian.
Pihak angkatan bersenjata mengatakan bahwa kelompok militan M23 menyerang dengan menembakkan bom mortir saat berhadapan di Kota Mweso. Sementara, Pemimpin M23 Bertrand Bisimwa menuduh tentara menggunakan drone dan artileri berat untuk mengebom daerah pemukiman di Mweso.
“Pemboman itu menewaskan bayi, perempuan dan laki-laki serta menghancurkan rumah, gereja dan sekolah,” kata Bisimwa.
Baca Juga:Â NATO Gelar Latihan Gabungan Terbesar Sejak Perang Dingin
Selain itu, laporan tewasnya warga sipil pun berbeda. Pihak angkatan bersenjata menyebut terdapat 19 warga sipil tewas dan 27 luka-luka. Sementara, M23 mengatakan jumlah korban tewas sebanyak 20 orang.
Kelompok militan M23 pertama kali mencuri banyak perhatian pada tahun 2012 ketika berhasil merebut Ibu Kota Goma. Situasi keamaman pun semakin memburuk hingga memicu krisis diplomatik antara Kongo dan negara tetangganya, Rwanda, yang dituduh mendukung pemberontak.
Pemberontakan M23 diklaim untuk membela kepentingan Tutsi melawan milisi etnis Hutu yang pemimpinnya berpartisipasi dalam genosida Rwanda tahun 1994 terhadap lebih dari 800.000 orang. (bp)