Minggu, 19 Januari 2025

Ini Reaksi Dunia Usai Jatuhnya Bashar al-Assad yang Berkuasa Selama 24 Tahun di Suriah

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Jatuhnya pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Minggu (8/12) mengakhiri kediktatorannya selama sekitar 24 tahun. Ia menjadi penerus rezim ayahnya, Hafez al-Assad, yang menjadi Presiden Suriah sejak 1971 hingga meninggal pada tahun 2000.

Ia mengundurkan diri dan pergi ke Rusia usai pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Jawlani menyatakan bahwa Suriah telah dibebaskan dari kekuasaan Bashar al-Assad. Kelompok itu telah mengepung beberapa kota besar di Suriah termasuk Damaskus selama 12 hari sebagai upaya menggulingkan kediktatorannya.

Berikut adalah rangkuman dari pandangan para pemimpin dan tokoh internasional lainnya terhadap jatuhnya rezim al-Assad Suriah, yang diunggah melalui platform X.

Prancis
Presiden Emmanuel Macron menyebut rezim Assad sebagai “negara barbar” dan mengaku lega bahwa rezimnya telah jatuh. “Saya memberi penghormatan kepada rakyat Suriah, atas keberanian mereka, atas kesabaran mereka. Di saat ketidakpastian ini, saya sampaikan harapan saya untuk perdamaian, kebebasan, dan persatuan. Prancis akan tetap berkomitmen untuk menjaga keamanan semua orang di Timur Tengah,” tulisnya.

Baca Juga: Presiden Putin Sebut Rudal Oreshnik Dapat Dikerahkan di Belarus

Polandia
Perdana Menteri Donald Tusk juga mengunggah di X, menyebut jatuhnya Assad adalah bukti bahwa Rusia dan sekutunya dapat dikalahkan. “Peristiwa di Suriah telah membuat dunia menyadari sekali lagi, atau setidaknya seharusnya menyadari, bahwa bahkan rezim yang paling kejam pun dapat jatuh dan bahwa Rusia dan sekutunya dapat dikalahkan,” katanya.

Inggris
Perdana Menteri Keir Starmer mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Suriah itu belum pernah terjadi sebelumnya. “Rakyat Suriah telah menderita di bawah rezim barbar Assad terlalu lama dan kami menyambut kepergiannya. Fokus kami sekarang adalah memastikan solusi politik menang, dan perdamaian serta stabilitas dipulihkan,” katanya.

Belanda
Perdana Menteri Dick Schoof menyebut jatuhnya Assad sebagai “kelegaan bagi semua orang yang menderita di bawah kediktatorannya yang kejam.”

“Sekarang transisi yang damai dan pemulihan stabilitas, sambil memastikan penghormatan bagi semua minoritas di negara itu, sangat penting bagi Suriah dan kawasan tersebut. Kami mengikuti perkembangannya dengan saksama,” imbuhnya.

Baca Juga: Zelensky: Sebanyak 43.000 Tentara Tewas Akibat Perang Sejak Februari 2022

Uni Eropa
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa “perubahan bersejarah di kawasan ini menawarkan peluang” tetapi memperingatkan bahwa hal itu “bukan tanpa risiko.”

“Eropa siap mendukung upaya menjaga persatuan nasional dan membangun kembali negara Suriah yang melindungi semua kelompok minoritas,” ujarnya.

Turki
Menteri Luar Negeri Hakan Fidan menilai jatuhnya rezim al-Assad sebagai “hari baru” bagi rakyat Suriah dan masa depan negara mereka. “Turki siap mengemban tanggung jawab apa pun yang diperlukan untuk menyembuhkan luka-luka Suriah dan memastikan persatuan, integritas, dan keamanannya. Kami akan lebih mengintensifkan kerja kami dalam isu ini dengan negara-negara regional dan aktor-aktor internasional dalam beberapa hari mendatang,” tulisnya.

Israel
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menilainya sebagai pada hari bersejarah bagi Timur Tengah. “Runtuhnya rezim Assad, tirani di Damaskus, menawarkan peluang besar tetapi juga penuh dengan bahaya yang signifikan. Kami mengirimkan uluran tangan perdamaian kepada semua orang di luar perbatasan kami di Suriah; kepada kaum Druze, kepada kaum Kurdi, kepada kaum Kristen, dan kepada kaum Muslim yang ingin hidup damai dengan Israel,” katanya.

Baca Juga: Ini Alasan Rusia Memberi Suaka ke Mantan Presiden Suriah

Amerika Serikat
Presiden Joe Biden mengatakan “Akhirnya rezim Assad telah jatuh”, dan menilai jatuhnya rezim al-Assad sebagai permulaan untuk “tindakan keadilan.”

“Ini adalah momen kesempatan bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita, untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara mereka yang bangga. Ini juga merupakan momen risiko dan ketidakpastian,” katanya.

“Hasil dari semua ini adalah, untuk pertama kalinya, baik Rusia, Iran, maupun Hizbullah tidak dapat membela rezim yang menjijikkan ini di Suriah. Ini adalah akibat langsung dari pukulan yang telah dilakukan Ukraina dan Israel terhadap pertahanan diri mereka sendiri dengan dukungan yang tak kenal lelah dari Amerika Serikat,” sambungnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut baik berakhirnya “rezim diktator” Suriah dan mendesak negara itu untuk bangkit.

“Setelah 14 tahun perang brutal dan jatuhnya rezim diktator, hari ini rakyat Suriah dapat memanfaatkan kesempatan bersejarah untuk membangun masa depan yang stabil dan damai. Kami tetap berkomitmen untuk membantu warga Suriah membangun negara di mana rekonsiliasi, keadilan, kebebasan, & kesejahteraan menjadi realitas bersama bagi semua,” tegasnya. (bp)

BERITA TERBARU

INFRAME

Memperingati Hari Dharma Samudera di Teluk Jakarta

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali, memimpin upacara dan prosesi tabur dari atas KRI Radjiman Wedyodiningrat (RJW)-992, di Teluk Jakarta (15/1).

EDISI CETAK TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER