Jakarta, IDM – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menekankan TNI AL akan terus berupaya memenuhi target pembangunan kekuatan 12 kapal selam.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ali saat memimpin peringatan HUT ke-65 Satuan Kapal Selam “Hiu Kencana” di Monumen Candrasa Koarmada II, Ujung Surabaya, Jumat (13/9).
“Memiliki target 12 armada kapal selam untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045 adalah suatu keniscayaan,” ungkapnya, dikutip dari keterangan Dispen Koarmada II.
Ali menyampaikan peringatan pada hari ini merupakan tonggak penting dalam sejarah TNI AL. Hiu Kencana adalah bukti dedikasi dan semangat juang yang tinggi dari setiap prajurit angkatan laut pengawak kapal selam.
Baca juga:Â Kembali Bergulir, 130 Perwira Tinggi TNI Dimutasi
“TNI AL akan terus berupaya membangun kekuatan kapal selam kita menjadi kekuatan yang disegani di kawasan,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Ali juga memimpin peletakan karangan bunga di Monumen Candrasa sebagai bentuk apresiasi atas jasa dan dedikasi para pendahulu dalam perjalanan panjang pengabdian Hiu Kencana.
Sejarah Satuan Kapal Selam TNI AL
Pada dokumen artikel yang diterbitkan TNI AL (2020) berjudul Tradisi TNI AL disebutkan pembentukan satuan kapal selam NKRI sudah dimulai pada 1958 yakni diawali pengiriman calon awak kapal selam ke Polandia.
Dua calon awak kapal selam berangkat dari Surabaya dengan kapal berbendera Denmark “Heinrich Jessen” menuju Rijeka, Yugoslavia pada 5 Agustus 1958. Dari Yugoslavia dua calon awak kapal selam Indonesia menuju Gedinia Oksiwi, Polandia. Rombongan dipimpinan Mayor Pelaut RP Poernomo. Setahun kemudian, dari Polandia kembali ke tanah air menggunakan kapal RI Morotai.
Baca juga:Â Jelang Pilkada 2024, TNI AL Kumpulkan Personel Intelijen untuk Deteksi Potensi Kerawanan
Semua kapal perang TNI AL ditandai dengan inisial “KRI” yang merupakan singkatan dari Kapal Perang Republik Indonesia.
Pada era pascakemerdekaan, Indonesia memiliki 12 unit kapal selam kelas Whiskey buatan Uni Soviet, yaitu KRI Tjakra, KRI Nanggala, KRI Nagabanda, KRI Tjandrasa, KRI Trisula, KRI Nagarangsang, KRI Wijayadanu, KRI Hendrajala, KRI Bramastra, KRI Pasopati, KRI Tjundamani, dan KRI Alugoro. Periode 1960 merupakan era kejayaan kapal selam Indonesia sebagai kekuatan angkatan laut yang sangat disegani, khususnya di kawasan Asia-Pasifik.
Kapal Selam Indonesia yang Pertama
Pada 7 September 1959 dua kapal selam berbendera Uni Soviet yang akan diserahkan kepada Indonesia merapat di Dermaga Ujung Surabaya. Pada 11 September 1959 dilaksanakan penyematan brevet Hiu Kencana yang pertama kali kepada semua awak kapal selam yang baru menyelesaikan pendidikannya di Polandia. Sebutan Hiu Kencana sampai saat ini melekat kepada korps awak kapal selam TNI AL.
Selanjutnya, pada 12 September 1959 dilaksanakan serah terima dua kapal selam dari pemerintah Uni Soviet kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Kepala Staf TNI AL, Kolonel Pelaut RE Martadinata. Kedua kapal selam itu diberi nama KRI Tjakra dengan Komandan Mayor Pelaut RP Purnomo dan KRI Nanggala dengan Komandan Mayor Pelaut OP Koesno. Tanggal bersejarah ini kemudian setiap tahun diperingati sebagai “Hari Lahir Korps Hiu Kencana”.
Baca juga:Â Sokong Program Ketahanan Pangan, Satgas Yonif 509 Panen Sayur di Wilayah Operasi
Berdasarkan surat keputusan KSAL bernomor Men/KSAL No. A. 4/2/10 diresmikan “Divisi Kapal Selam” dalam tubuh Komando Armada pada 14 September 1959. Komandan Divisi Kapal Selam yang pertama adalah Mayor Pelaut RP Poernomo.
Untuk mempercepat armada pasukan bawah laut, pada 1 November 1959 berdasarkan surat keputusan KSAL bernomor Men/KSAL Nomor A.19/4/1 diresmikan Sekolah Kapal Selam Angkatan Laut disingkat SEKASAL yang berkedudukan di Surabaya. Mayor Pelaut RP Poernomo ditunjuk sebagai Komandan Sekolah Kapal.
Pemerintah mengirim sejumlah teknisi ke Uni Soviet pada 25 Maret 1961 untuk melakukan pendidikan teknisi kapal selam. Pendidikan Kesatuan Latihan Kapal Selam disingkat KELAKAS tersebut dipimpin Mayor Pelaut AT Wignjoprajitno. Mereka berangkat menuju ke Vladiwostok, Uni Soviet untuk mengikuti pendidikan kapal selam selama sembilan bulan.
Berdasarkan Surat Keputusan KSAL bernomor Men/KSAL/5401.48/1961 tentang organisasi Komando Armada, Divisi Kapal Selam selanjutnya disebut sebagai Komandan Jenis Pembantu Kapal Selam (Kojenkasel). Keputusan tersebut ditetapkan pada 1 Desember 1961. (at)