Jakarta, IDM – Pelaksana Tugas Kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, mengatakan bahwa pihaknya tidak akan bersedia untuk melakukan pertukaran sandera dengan Israel hingga agresi di Gaza berakhir. Hal ini disampaikan di tengah upaya perundingan gencatan senjata.
“Tanpa berakhirnya perang, tidak akan ada pertukaran sandera. Jika agresi tidak diakhiri, mengapa perlawanan dan khususnya Hamas, mengembalikan sandera?” kata Hayya dalam wawancara yang disiarkan televisi lokal Al-Aqsa, melansir Reuters, Kamis (21/11).
Baca Juga: Genap 1000 Hari Perang, Presiden Ukraina Ungkap ‘Rencana Ketahanan’
Upaya negosiasi gencatan senjata di Gaza telah terhenti. Amerika Serikat (AS) pada Rabu lalu memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa yang menyerukan gencatan senjata permanen tanpa syarat.
Duta Besar AS untuk PBB mengatakan bahwa pihaknya hanya akan mendukung resolusi yang secara jelas menyerukan pembebasan sandera Israel sebagai bagian dari gencatan senjata.
Lebih lanjut, Hayya, yang mewakili pembicaraan dengan mediator Qatar dan Mesir, menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kurangnya kemajuan yang dicapai.
Baca Juga: Sejak Februari 2022, Rusia Telah Luncurkan 12.000 Rudal ke Ukraina
“Ada kontak yang sedang berlangsung dengan beberapa negara dan mediator untuk menghidupkan kembali berkas ini (negosiasi). Kami siap untuk melanjutkan upaya tersebut, tetapi yang lebih penting adalah melihat keinginan nyata di pihak pendudukan untuk mengakhiri agresi. Realitas membuktikan bahwa Netanyahu adalah pihak yang merusak (negosiasi) itu,” imbuh Hayya.
Sebelumnya, Netanyahu mengunjungi Gaza pada Selasa (19/11) dan mengatakan bahwa Hamas tidak akan memerintah Gaza setelah perang berakhir. Ia mengklaim, Israel telah menghancurkan kemampuan militer kelompok tersebut. (bp)