Sabtu, 20 April 2024

Esther Gayatri Saleh, Srikandi Penerbang Prototipe Pesawat N219

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Esther Gayatri Saleh dengan segala kiprahya di dunia penerbangan terbukti mematahkan stereotip yang menyebut perempuan tidak bisa bertahan dalam bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Akrab disapa Captain Esther, perempuan kelahiran 1962 itu tidak hanya cemerlang dalam karirnya sebagai pilot penguji. Ia bahkan menjadi satu-satunya perempuan yang menjalani profesi tersebut di Asia.

Captain Esther merupakan pilot senior di PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Kendati sukses berkiprah sebagai pilot penguji, Captain Esther mengaku menemui banyak kerikil selama menjalani profesinya. 

Salah satu pengalaman tersebut kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul ‘Srikandi Indonesia Bertaruh Nyawa Pertama Kali Terbangkan Pesawat Prototipe N219’ yang dibedah dalam sesi gelar wicara di Gramedia Matraman, akhir pekan lalu. Buku tersebut mengisahkan perjuangannya menerbangkan prototipe pesawat N219 untuk pertama kalinya pada 16 Agustus 2017 lalu.

Esther Gayatri Saleh
(IDM/Umamah)

“Menerbangkan pertama kali itu stresnya tingkat dewa. Untuk itulah saya menuliskan momen-momen penting bagaimana menghadapi harapan bangsa Indonesia,” ujar Esther.

Esther mengatakan, pengalaman menerbangkan prototipe N219 merupakan momen langka dalam hidupnya. Ia bahkan menyebut dirinya harus bertaruh nyawa lantaran burung besi yang ia terbangkan saat itu merupakan pesawat uji coba yang bisa sewaktu-waktu bermasalah di udara.

“Tidak ada yang bisa merasakan bagaimana perasaan saya menghadapi pesawat yang belum ada manualnya, yang harus kita terbangkan. itu luar biasa,” ungkap Esther.

“Pesawat tidak pernah diterbangkan oleh siapapun, dan Anda harus mencobanya. Resikonya adalah nyawa kita. Siapa yang berani menjamin, bisa take off dan landing lagi. Kita tidak tahu, menurut buku (panduan), iya. Tapi, kami harus mempertaruhkan nyawa,” sambungnya.

Dalam bedah buku berdurasi 90 menit tersebut, nyali besar tidak akan disangka muncul dari tubuh mungil Captain Esther. Dengan menggunakan bahasa yang ringan dan sederhana, Esther yang saat itu mengenakan seragam pilot tidak hanya menceritakan keberaniannya yang patut diacungi jempol. Dalam buku tersebut, ia juga menjabarkan titik awal dirinya mendalami profesi pilot.

Kisah Captain Esther bermula ketika ia lulus dari bangku SMA di Jakarta pada 1981. Pada 1982, ia mencoba mewujudkan mimpi masa kecilnya dengan melamar masuk sekolah penerbangan di Indonesia. Namun sayang, Captain Esther tidak diterima lantaran lulusan IPS. Kendati demikian, Esther tidak begitu saja mengubur cita-citanya menjadi pilot. Ia kemudian mengumpulkan uang dari hasil kerjanya untuk mendaftar sekolah penerbangan di Arizona, Amerika Serikat. Setelah lulus pada tahun berikutnya, ia kembali ke Indonesia. 

Baca: Mengenang Kejayaan Tank M3A3 Stuart

Captain Esther yang kini berpredikat sebagai Experimental Test Pilot dan Certified Flight Instructor pun berharap buku yang ia tulis dapat menginspirasi generasi penerus. Selain itu, ia juga berharap pesawat N219 yang keamanannya telah ia uji coba dapat segera mewarnai langit Indonesia.

“Harapan saya, dalam waktu tidak lama lagi, pesawat N219 dapat diproduksi secara massal. Pesawat N219 terbang menjelajah angkasa Indonesia Raya, khususnya berkiprah sebagai sarana transportasi udara perintis,” tutup Captain Esther. (un)

BERITA TERBARU

INFRAME

Panglima TNI Pimpin Serah Terima Jabatan KSAU

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menyerahkan bendera panji Swa Bhuwana Paksa kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang baru Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono. Upacara serah terima jabatan (sertijab) tersebut berlangsung di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (5/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER