Jumat, 29 Maret 2024

Diperingati 15 Desember, TNI AD Luncurkan Logo Baru Hari Juang ke-77, Ini Sejarahnya

BACA JUGA

Jakarta, IDM – TNI Angkatan Darat resmi meluncurkan logo baru untuk memperingati Hari Juang TNI AD ke-77 yang diperingati setiap tanggal 15 Desember.

Dalam keterangan resmi Dispenad diterima, Selasa, (13/12) dijelaskan logo ini mengangkat tema TNI Angkatan Darat Di Hati Rakyat.

Lalu bagaimana sejarah Hari Juang TNI AD?

Dilansir dari Tirto, Selasa dijelaskan bahwa setiap tanggal 15 Desember TNI AD akan mengenang peristiwa Palagan Ambarawa atau biasa disebut sebagai Hari Infanteri atau belakangan disebut Hari Juang Kartika TNI AD.

Hari Juang Kartika TNI AD dimaksudkan untuk mengenang kemenangan militer Indonesia, bersama kekuatan-kekuatan rakyat lainnya, ketika memukul mundur pasukan Belanda dan Inggris pasca-proklamasi kemerdekaan.

Selain menjadikan tanggal 15 Desember sebagai hari khusus untuk mengenang pertempuran Ambarawa, peristiwa tersebut juga dikenang dengan Monumen Palagan Ambawara di Ambarawa, Semarang.

Sementara itu dikutip dari website Kemendikbud, pasca-proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda dengan serdadu-serdadunya berusaha kembali masuk wilayah Indonesia, salah satunya adalah Ambarawa.

Semasa pendudukan Jepang, Ambarawa memiliki sebuah kamp tahanan berisi anak-anak dan perempuan Belanda.

Menurut buku Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Volume I, karangan Rosihan Anwar, para tahanan Belanda dalam kamp tersebut seringkali disiksa oleh tentara Jepang.

Oleh karenanya, setelah Jepang mengaku kalah, Ambarawa menjadi tempat yang didatangi pihak sekutu melalui Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI).

Tugas RAPWI sendiri adalah melakukan evakuasi dan rehabilitasi tawanan perang dan internir. Namun, bersama meraka, juga datang pasukan bersenjata.

Dan menurut buku Mari Bung Rebut Kembali, karya R.H.A. Saleh dijelaskan pada 19 Oktober 1945, terdapat juga pasukan militer Inggris yang dikirim ke Semarang. Pasukan militer tersebut diberi kode CRA’s Brigade.

Peristiwa masuknya militer sekutu ke Indonesia tersebut terjadi ketika euforia kemerdekaan tengah menjalar ke berbagai penjuru Indonesia.

Euforia tersebut dibarengi dengan sentimen masyarakat Indonesia atas kembalinya sekutu ke tanah Indonesia.

Sentimen tersebut kemudian tersulut ketika terdapat temuan bahwa pasukan sekutu yang bertugas untuk merehabilitasi tawanan perang justru mempersenjatainya.

Hal ini kemudian memicu pecah insiden antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR—merupakan cikal bakal TNI saat ini) dengan sekutu pada 26 Oktober 1945.

Menengahi kejadian tersebut Soekarno dan Brigjen Bethel dari Inggris kemudian melakukan perundingan gencatan senjata pada 2 November 1945.

Perundingan tersebut juga dibarengi dengan kesepakatan bahwa jalan raya Ambarawa-Magelang terbuka untuk pihak Republik Indonesia dan sekutu. Melalui perundingan tersebut juga disebutkan bahwa aktivitas NICA tidak diakui oleh sekutu.

Akan tetapi, perjanjian tersebut ternyata tak diindahkan oleh pihak Sekutu, hingga meletuslah pertempuran pada 20 November 1945 di Ambarawa dan Magelang.

Sekutu melakukan pengeboman di wilayah-wilayah Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Komandan Resimen Purwokerto Letnan Kolonel Isdiman tewas terbunih. Perwira andalan Sudirman itu terbunuh di daerah Jambu, selatan Ambarawa.

Hal tersebut kemudian membuat Jenderal Sudirman, yang belum lama terpilih menjadi Panglima TKR, turun tangan. Sudirman yang kala itu masih berpangkat kolonel meski telah terpilih sebagai panglima, melancarkan serangan serentak.

Pertempuran tersebut selesai pada 15 Desember 1945, di mana militer Indonesia dengan kekuatan paramiliter bikinan rakyat, memaksa Sekutu mundur hingga ke Semarang.

Menurut buku Julius Pour dalam Ignatius Slamet Rijadi: dari mengusir Kempeitai sampai menumpas RMS, disebutkan berdasarkan kesaksian Komodor Tull dari tim RAPWI mengatakan bahwa pertempuran Ambarawa sangat mengerikan.

“Setiap jengkal tanah dipertahankan secara mati-matian oleh kedua belah pihak. Ini benar-benar Total War,” aku Tull.

Baca: Silas Papare, Pernah Jadi Intel Belanda Hingga Akhirnya Berjuang untuk Indonesia

Namun, kemenangan atas pertempuran Ambarawa mesti dibayar mahal. Menurut kesaksian Komodor Tull, perlawanan pihak Indonesia membuat 100 prajurit Inggris tewas. Sedangkan, pihak Indonesia kehilangan 2.000 orang, baik dari TKR maupun laskar rakyat.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, baik kemenangan maupun kehilangan, maka dibuatlah Monumen Palagan Ambarawa. Oleh karena itu pula, 15 Desember menjadi Hari Juang Kartika TNI AD. (rr)

BERITA TERBARU

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER