Jumat, 6 Desember 2024

Dankormar Ungkap Kronologi Dugaan Bunuh Diri Lettu Eko

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen (Mar) Endi Supardi menjelaskan kronologi pemberitaan meninggalnya salah seorang prajurit RI-PNG Yonif 7 Marinir, bernama Lettu Laut (K) dr. Eko Damara.

Eko sendiri merupakan dokter yang diperbantukan untuk Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 7 Marinir. Ia diduga bunuh diri dengan menembak kepala menggunakan senjata SS2-VI. Eko ditemukan meninggal dunia di Kotis Koramil Dekai, Kodim 1715, Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Sabtu (27/4) lalu.

Peristiwa itu bermula pada pukul 13.02 WIT, Eko datang ke ruangan kesehatan dan memerintahkan dua prajurit lain untuk keluar dengan alasan untuk membersihkan ruangan tersebut seorang diri.

“Pukul 13.04 WIT, Prada (Mar) Hasan dan Pratu (Mar) Agus keluar ruangan. Pukul 13.06 WIT, Prada Danu hendak memasuki ruangan kesehatan, tapi terkunci,” kata Endi dalam konferensi pers di Mako Marinir, Jakarta, Senin (20/5).

Baca Juga: Ikuti Latihan G-FET di Belanda, Puluhan Penerbang TNI AU Tingkatkan Kesiapan Tempur

Kemudian, Endi membacakan dalam laporan tersebut sekitar pukul 13.07 WIT terdengar suara letusan senjata satu kali dari dalam ruangan kesehatan. Lalu, prajurit lain bernama Serda (Mar) Bagus Panutan mencoba melihat lewat jendela dan Eko dalam keadaan bersimbah darah.

“Dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan, senjata SS2-V1 tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan. Laras senjata menyilang ke kiri ke atas dada dan tangan kanan masih memegang pistol grip,” jelas Endi.

Pada pukul 13.09 WIT, ruangan itu lalu didobrak oleh Praka (Mar) Pasha dan Pratu (Mar) Agus untuk menolong Eko. Kemudian, Serda (Mar) Andika turut masuk ke ruangan kesehatan dan mengamankan senjata di genggaman Eko serta memberikan pertolongan pertama yang saat itu masih dalam keadaan hidup

“Eko dibawa ke RSUD Dekai menggunakan rantis, didampingi Komandan Satgas Letkol (Mar) Alex Zulkarnaen dan Pasintel Satgas Lettu (Mar) Andi Subagyo. Eko tiba di rumah sakit pukul 13.15 WIT dan langsung dapat penanganan medis oleh dokter,” kata Endi.

“Lalu, pada pukul 14.00 WIT, dokter menyampaikan Eko tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia,” sambungnya.

Baca Juga: Begini Cara Prajurit TNI Musnahkan Amunisi yang Sudah Kadaluarsa

Endi melanjutkan, jenazah langsung dibawa ke masjid untuk dimandikan, dikafani dan disalatkan. Endi mengatakan jenazah Eko juga diformalin karena akan dibawa ke kampung halaman di Sumatera Utara.

Tidak ditemukan luka lebam

Pada kesempatan tersebut, turut hadir secara virtual pihak yang memandikan jenazah Eko. Endi pun mengonfirmasi terkait adanya luka lebam dan sundutan rokok di tubuh rokok, seperti pernyataan pihak keluarga di pemberitaan media online beberapa waktu terakhir ini.

Pihak yang memandikan jenazah itu menceritakan kepada Endi, tidak menemukan luka lebam dan sundutan rokok di tubuh Eko. Hal ini juga sama dikemukakan dengan salah satu dokter di RSUD Dekai.

“Bapak yang memandikan melihat langsung (jenazah Eko) di kepala, di tangan, di badan di kaki tidak ada luka lebam,” kata Endi.

Catatan dugaan bunuh diri

Dugaan meninggalnya Eko karena bunuh diri makin diperkuat dengan ditemukan beberapa catatan yang ditinggalkan dalam aplikasi “note” pada ponsel, berdasarkan hasil pemeriksan digital forensik.

Baca Juga: Gelar Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca, TNI AU Dukung Kesuksesan KTT WWF 2024

Sebelum mengungkapkan catatan Eko tersebut, Endi menekankan pada awalnya Korps Marinir tidak ingin membeberkan hal ini ke publik, karena ingin menjaga nama baik Eko dan keluarga. Namun, klarifikasi digelar karena Korps Marinir tidak ingin pemberitaan meninggalnya Eko semakin memunculkan narasi yang menyimpang dan menyudutkan satuan.

“Kami sudah upaya seoptimal mungkin jaga maruah keluarga, menjaga maruah almarhum karena bagian dari kami. Dengan terpaksa kami lakukan ini karena Pak Dedi membuka lewat media,”

Lalu, Endi pun membacakan catatan pada ponsel Eko yabg menyinggung soal tidak ada gunanya untuk hidup lantaran tidak harapan untuk keluarga, sekolah hingga di satuan. Eko dalam catatannya tersebut juga menyinggung persoalan utangnya.

“Harapan untuk berkeluarga tidak ada, harapan untuk sekolah tidak ada, harapan dianggap baik tidak ada. Harapan ada tempat di instansi tidak ada, harapan ada tempat di satuan tidak ada, harapan diterima orang orang sekitar tidak ada. Lalu apalagi yang mau diharapkan kalau tidak mati?” tulis Eko seperti dibacakan Endi. (at)

BERITA TERBARU

INFRAME

Pembukaan Latihan Puncak Kecabangan TNI AD 2024

Batalyon Infanteri (Yonif) 411/Pandawa/6/2 Kostrad dipercaya oleh pimpinan TNI Angkatan Darat untuk melaksanakan latihan Antar Kecabangan (Ancab) Batalyon Tim Pertempuran (YTP) 411/Pandawa/6/2 Kostrad tahun 2024.

EDISI CETAK TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER