Jakarta, IDM – Direktur utama Holding BUMN bidang pertahanan Defense Industry Indonesia (Defend ID) Bobby Rasyidin mengatakan pihaknya sudah mengantongi 160 lebih kontrak pengadaan alutsista sejak 2019-2024. Kontrak ini pun memiliki nilainya lebih dari Rp190 triliun.
“Ini karena dukungan dari pemerintah, khususnya Kementerian Pertahanan yang juga berkontribusi besar dalam pencapaian kerja positif Defend ID. Variabelnya Pak Prabowo (Menteri Pertahanan, red.). Itu saja, karena kami dikasih banyak kerjaan. Jadi begini, dibandingkan dengan periode sebelumnya selama 5 tahun dari 2014–2019 kami itu hanya punya 30 kontrak. Nilainya itu mungkin sekitar Rp20 triliun,” kata Bobby saat gelaran konferensi pers di Senayan, Jakarta, Senin, (1/7).
Baca Juga: PBB Sidak Satgas Kizi TNI Konga, Ini yang Ditemukan
Ia menjabarkan kinerja positif Defend ID yang terdiri dari PT Len Industri sebagai holding (induk perusahaan), dan empat anak perusahaan yaitu PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT Dahana terlihat dari pendapatan, laba bersih, pertumbuhan kontrak, arus kas, dan entitas perusahaan.
“Kinerja keuangan dari Defend ID melonjak cukup baik, cukup tajam pada 2023 ini dibuktikan dengan pertumbuhan kontrak mencapai 29,7 persen dibandingkan dengan audit tahun 2022,” kata Bobby.
Untuk pendapatan juga naik 27,93 persen dibandingkan dengan angka pada 2022, kemudian laba bersih yang naik 56 persen dibandingkan dengan 2022, aset perusahaan naik 19 persen, dan dari entitas perusahaan naik sekitar 35 persen.
Baca Juga: Usai Patroli Hutan, Marinir Indonesia-Amerika Rebut Kota Hawaii dari Musuh
“Arus kas di kelima entitas ini semuanya positif. Ini menunjukkan kinerja yang sangat positif sekali, di mana tidak ada satu pun entitas dalam Defend ID ini yang punya kinerja keuangan atau operasi yang negatif. Jadi, semuanya positif,” kata Bobby.
Untuk diketahui dalam paparannya saat konferensi pers, pertumbuhan pendapatan pada 2023 sebesar 27,93 persen atau senilai Rp25,22 triliun itu terdiri atas pertumbuhan pendapatan PT Pindad 32 persen, PT Len 24 persen, PT Dahana 16 persen, PT Dirgantara Indonesia (DI) 14 persen, dan PT PAL 14 persen. (rr)