Solo, IDM – Lanud Adi Soemarmo (SMO) menjadi bagian penting dari upaya TNI Angkatan Udara (TNI AU) untuk melahirkan generasi bintara yang andal dan profesional.
Pangkalan udara TNI AU yang berlokasi di wilayah Solo ini memiliki tugas pokok sebagai penyelenggara pendidikan calon prajurit TNI AU maupun sekolah pembentukan dan kejuruan. Pada perkembangannya, Lanud Adi Soemarmo pun mewadahi kepentingan TNI AU dalam mempersiapkan kapasitas dan kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Redaksi Indonesia Defense Magazine berkesempatan melihat lebih dekat bagaimana para prajurit siswa (Prasis) digembleng di tiga skadron pendidikan (Skadik) Lanud SMO dalam kegiatan bertajuk ‘Outbound Media Dirgantara dan Airmen Gathering’ yang digelar oleh Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau) pada 4 hingga 6 September 2024.
“Di Lanud Adi Soemarmo terdapat empat skadron pendidikan di bawah Wing Dik 400 Pertama Pembentukan dan Kejuruan atau Matukjur,” ungkap Komandan Lanud Adi Soemarmo Marsma TNI Bambang Juniar Djatmiko, Kamis (5/9).
Baca Juga: KRI GNR-332 Akan Unjuk Kemampuan Peperangan Antiudara dan Antikapal Selam di Australia
Skadik 402
Setibanya di Lanud Adi Soemarmo, rombongan peserta yang terdiri dari puluhan awak media dan airmen (masyarakat umum) diajak melihat langsung pelaksanaan latihan penyeberangan sungai yang dilakukan oleh para prajurit siswa (Prasis) Sekolah Pertama Bintara Prajurit Karier (Semaba PK) angkatan ke-53 di Skadron Pendidikan (Skadik) 402.
Para prasis yang digembleng di Skadik ini merupakan lulusan SMA atau sedejarat; Sekolah Pertama Bintara (Semaba); serta prajurit TNI AU yang berasal dari Setukpa (Sekolah Pembentukan Bintara). Selama menempuh pendidikan lima bulan di skadik ini, mereka akan memperoleh sejumlah materi pelatihan, mulai dari dasar kemiliteran; pengenalan senjata dan alutsista; hingga hukum kemiliteran.
Harapannya, usai para prasis menyelesaikan pendidikan di Lanud Adi Soemarmo, mereka dapat menjadi bintara yang mampu menjalankan tugasnya dengan profesional; dan mengoperasikan serta memelihara alutsista untuk level-level taktis di skadron, batalyon serta satuan-satuan TNI AU.
Baca Juga: HUT ke-79, KSAL: TNI AL Harus Inovatif Hadapi Tantangan
“Materi pendidikan mereka kalau di 402 sebagai pembentukan sebagai prajurit. Jadi lebih kepada basic kemiliteran. Bagaimana dasar-dasar kemiliteran, bagaimana mereka baris-berbaris, bagaimana hukum militer, jadi diajarkan yang dasar-dasarnya,” ungkap Bambang.
Skadik 404
Kunjungan selanjutnya dilakukan menuju Skadron Pendidikan 404 yang menyelenggarakan pendidikan bagi Polisi Militer Angkatan Udara (Pomau). Komandan Skadik 404 Letkol Pom Jarot Nyamantoro menjelaskan, selama berada di Skadik 404 ini, para prasis akan mempelajari dasar-dasar ilmu polisi militer.
Terdapat syarat khusus bagi prasis yang akan menempuh pendidikan di skadron pendidikan ini. Sejumlah aspek yang menjadi perhatian di antaranya aspek psikologi, minat, bakat, serta tinggi badan minimal yang mencapai 173 cm.
Baca Juga: Puspenerbal Kirim Pesawat Patroli Maritim untuk Operasi Malaka Sakti di Wilayah Barat
Hal menarik lainnya yang tampak terlihat saat mengunjungi skadik ini adalah rencana pembangunan Smart Class, sebagai respons atas perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat belakangan ini.
Smart Class ini, dijelaskan Jarot, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas proses belajar-mengajar, di mana para prasis dapat mengakses materi pembelajaran dan mengunggah tugas-tugas mereka secara online. “Saat ini pembangunan Smart Class sudah mencapai 62% tinggal pemasangan hardware dan software,” sambung dia.
Skadik 401
Selain personel pria, TNI AU juga melakukan pembinaan dan memberi pelatihan kepada para personel Wanita TNI Angkatan Udara (Wara) yang secara khusus dilakukan di Skadik 401. Saat ini, Skadik 401 tengah mendidik sebanyak 69 siswa yang akan menjalani pelatihan intensif selama kurang lebih lima bulan.
Komandan Skadik 401 Letkol Adm Titi Tri Pangastuti menjelaskan, pada dasarnya pola pendidikan yang diberikan kepada Wara sama dengan para prasis pria.
“Namun, terdapat materi khusus yang diterima oleh Wara mencakup etika kewanitaan; tata cara makan; penampilan; dan aspek protokoler lainnya,” kata Titi. Setelah menyelesaikan pendidikan di Skadik 401, para prasis kemudian akan melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah kejuruan, sesuai dengan korps masing-masing. (yas)