Jakarta, IDM- Taiwan meminta bantuan Australia setelah sejumlah jet tempur Tiongkok kedapatan memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan selama beberapa hari terakhir jelang peringatan Hari Nasional, 10 Oktober 2021.
Hingga kini, Tiongkok menganggap Taiwan sebagai “provinsi yang memisahkan diri”, yang di kemudian hari akan kembali ke pangkuan mereka dalam “satu China”. Namun, otoritas di Taipei menegaskan, mereka adalah negara berdaulat.
Sama seperti negara-negara lain di dunia, Australia tidak secara resmi mengakui deklarasi kemerdekaan Taiwan. Akan tetapi, hubungan bilateral di bidang sosial dan ekonomi berjalan dengan baik.
Dilansir VOA, Rabu (06/10/21), Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu pekan kini mendesak Australia untuk meningkatkan intelligence sharing dan kerja sama keamanan, menyusul intensifnya kehadiran militer Beijing di langit Taiwan.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia pada Senin (04/10/21) menyatakan, “resolusi perbedaan atas Taiwan dan isu regional lainnya harus dicapai secara damai melalui dialog dan tanpa ancaman atau penggunaan kekuatan atau sikap koersif lainnya.”
Pernyataan ini seolah menjawab kekhawatiran Departemen Luar Negeri AS yang juga menyatakan “konsen”-nya terkait tekanan Beijing terhadap Taiwan.
Peneliti Asia Timur di lembaga riset dan penelitian Lowy Institute yang berbasis di Sydney, Richard McGregor kepada Australian Broadcasting Corp mengingatkan, Canberra berpotensi terseret dalam ketegangan ini. Apalagi setelah Tiongkok mengirim puluhan jet tempur dan bomber ke zona udara Taiwan.
“Secara psikologis, itu adalah tekanan, untuk menakut-takuti Taiwan. Maksud saya, Tiongkok tidak bermaksud menginvasi Taiwan, tidak ingin berperang dengan Taiwan. Mereka hanya ingin memberikan tekanan agar Taiwan ‘menyerah’ dan menyetujui syarat-syarat yang mereka berikan,” kata McGregor.
Bulan lalu, Australia dan Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk “memperkuat hubungan dengan Taiwan”, menyebutnya sebagai “demokrasi terdepan dan mitra penting kedua negara.”
Namun, kata McGregor, “Karena ketegangan ini (antara Tiongkok dan Taiwan), kemitraan itu dalam posisi kritis.”
Bahkan, menurutnya, posisi Australia akan semakin sulit. Sebab, bila AS memutuskan mendukung Taiwan, mereka akan membutuhkan bantuan dari negara-negara seperti Australia dan Jepang.
Australia juga menandatangani ‘perjanjian keamanan (security partnership)’ yang baru dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk berbagi teknologi pertahanan. Analis menyatakan, ini bagian dari langkah antisipasi untuk menjawab potensi ancaman dari Tiongkok di wilayah Indo-Pasifik.
Sementara itu, Tiongkok merupakan mitra perdagangan terbesar Australia. Namun, hubungan itu tidak menunjukkan perkembangan signifikan selama beberapa tahun terakhir lantaran berbagai permasalahan, mulai dari geopolitik, diplomatik, dan perdagangan. (ISSA)